Breaking News

Belajar Forex

Analisis Forex

Indikator Forex

Strategy Trading

Minggu, 04 Desember 2016

REVERSAL CHART PATTERNS



Head and Shoulders

Pola yang sering disingkat “HAS” ini merupakan pola yang paling populer di kalangan trader. Sesuai dengan namanya, pola ini memiliki bentuk yang menyerupai bagian tubuh manusia, yaitu “kepala” dan “bahu”. Selain karena bentuknya yang khas, pola ini menjadi sangat populer karena sangat mudah ditemui pada pergerakan harga.

Head and Shoulders, dikatakan oleh para pakar analisis teknikal, sebagai pola terkuat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Mengutip pernyataan Thomas N. Bulkowski (dari karyanya yang berjudul Encyclopedia of Chart Patterns) yang juga menguatkan pendapat di atas, Ia menyebutkan dalam penelitiannya terhadap pergerakan 500 jenis saham selama periode 1991-1996 (lima tahun) terdapat 431 pola Head and Shoulders yang validasinya cukup meyakinkan. 25 di antaranya merupakan sinyal konsolidasi sedangkan 406 lainnya merupakan sinyal reversal. Itu artinya tingkat kegagalan yang terdapat pada pola Head and Shoulders ini hanyalah sebesar 6-7%.


Gambar di atas adalah ilustrasi pola Head and Shoulders yang di awali dengan trend naik (bullish/up-trending). Sangat penting untuk kita sebelum mengidentifikasi suatu pola, selalulah perhatikan trend yang mengiringinya.

Seperti yang sudah di bahas pada bab Trendline, pergerakan up-trending chart bisa dilihat dari “lembah-lembah” (A – C – E) dan “puncak-puncak” (Titik B – D) yang semakin lama semakin tinggi (Gambar 1). Atau istilahnya memiliki Higher Lows & Higher Highs. Pola seperti yang diilustrasikan di atas menggambarkan situasi suatu trend naik yang masih normal (titik A – D). Namun, kemudian menjadi kehilangan momentumnya; yang juga mengindikasikan adanya pelemahan dari trend yang sedang berlangsung, yaitu up-trend. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik puncak baru (F) yang lebih tinggi (new higher highs) dari puncak sebelumnya (D). Ketika mendapati hal seperti ini, biasanya kebanyakan dari trader akan lebih memilih untuk wait and see ketimbang ikut bertransaksi. Sehingga mengakibatkan harga semakin kehilangan kekuatannya untuk terus bergerak naik. Lembah yang terbentuk sebelum puncak tertinggi (C) dan lembah yang terbentuk sebelum puncak terakhir (E) nantinya dapat dijadikan konfirmasi lanjutan untuk kepastian pola ini. Lembah ‘C’ dan lembah ‘E’ tersebut jika kita tarik garis lurus bisa kita manfaatkan sebagai suatu support yang disebut garis leher (neckline). Dan, jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa dikatakan harga sudah mulai berpaling dari trend bullish menuju trend bearish.

Lalu bagaimana dengan targetnya ? Setelah neckline terkonfirmasi telah tertembus, yang menjadi target pergerakan harga selanjutnya tentu saja support yang sudah ada sebelumnya. Seperti yang sudah kita pelajari, menentukan support salah satunya bisa dengan cara manual, yaitu dengan melihat support yang ada pada riwayat harga dalam chart lalu menghubungkannya dengan garis. Namun, ada metode yang cukup menarik dalam hal ini dan dirasa cukup efektif, yaitu dengan mengukur jarak vertikal antara head (D) pada pola dengan garis leher (neckline) yang terbentuk untuk nantinya dijadikan sebagai proyeksi target (lihat Gambar 2). Lebih menariknya, ini berlaku tidak hanya pada pola Head and Shoulders, melainkan juga pada pola Chart Pattern lainnya.


Ingat ! Ini hanya berlaku untuk pola Head and Shoulder pada trend bullish yang pergerakannya jelas. Artinya, perspektivitas sangat berpengaruh dalam hal ini. Sedangkan untuk melihat trend pergerakan harga yang jelas, Anda harus menggunakan sudut pandang yang luas pula. Sudut pandang yang luas hanya bisa Anda peroleh dengan menggunakan timeframe berskala besar (Daily – Monthly). Sehingga seringkali suatu pola khususnya pola Head and Shoulders ini diidentifikasi dengan menggunakan timeframe tersebut. Walaupun memang suatu pola dapat ditemukan pada timeframe berapapun, namun tetap yang harus Anda utamakan adalah validitasnya.

Sebagai contoh, Saya akan menunjukkan grafik pergerakan harga pada bursa Dow Jones Averages Industrial. Silahkan simak gambar di bawah:

Pola Head and Shoulders yang terbentuk pada indeks Dow Jones akhir tahun 2007 – awal tahun 2008 dilihat dari timeframe mingguan (weekly charts).
Terbukti, setelah pola Head and Shoulders terkonfirmasi (neckline tertembus), harga merosot secara signifikan bahkan melebihi target yang berdasarkan proyeksi jarak Head dan Neckline-nya.

Sekadar info (bisa dibuktikan sendiri), pada gambar di atas, setelah pola tersebut terbentuk, indeks Dow Jones mengalami penurunan hebat. Entah memang kebetulan atau bagaimana, pada pergerakan Dow Jones tersebut, pola Head and Shoulders muncul bertepatan dengan resesi yang mendera Amerika Serikat pada tahun 2008 hingga akhir tahun 2009.

Inverted Head and Shoulders

Ini adalah versi lain dari pola Head and Shoulders. Bentuknya sama percis dengan pola yang sudah kita pelajari sebelumnya, namun dengan posisi yang terbalik. Jika pada Head and Shoulders sebelumnya si “kepala” menghadap ke atas, pada pola ini “kepala” atau head-nya akan menghadap ke bawah. (Seperti orang yang sedang melakukan handstand).

Sama halnya dengan Normal Head and Shoulders, pola ini pun merupakan pola terkuat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Masih mengutip keterangan Thomas, bahwa statistik menunjukkan dalam periode yang sama (tahun 1991-1996) terjadi sebanyak 330 kali pola Inverted Head and Shoulders (lebih sedikit jika dibandingkan dengan Head and Shoulders) dan di antaranya terdapat hanya 5% tingkat kegagalan. Itu artinya, hanya terjadi sebanyak 16-17 kali sinyal konsolidasi, dan sisanya merupakan sinyal reversal.





Di atas adalah ilustrasi pola Inverted Head and Shoulders. Pola ini selalu diawali dengan pergerakan trend turun (bearish/down-trend).

Sama seperti mengidentifikasi trend pada umumnya, mengidentifikasi down-trending charts pun dapat dilihat pada “puncak-puncak” (A – C – E) dan “lembah-lembah” (B – D) yang semakin lama semakin turun. Istilahnya: Lower Highs & Lower Lows. Diilustrasikan pada gambar di atas, pergerakan down-trending yang masih normal dari titik A hingga titik D. Namun, perlahan kehilangan momentumnya yang mengindikasikan adanya pelemahan trend yang sedang berlangsung, yaitu down-trend. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik lembah baru (F) yang lebih rendah (new lower lows) dari lembah sebelumnya (D). Puncak yang terbentuk sebelum lembah tercuram (C) dan puncak yang terbentuk sebelum lembah terakhir (E) nantinya dapat dijadikan sebagai konfirmasi lanjutan atas pembentukan pola ini. Pada puncak C dan E tersebut, jika kita tarik garis lurus dapat kita jadikan sebagai suatu resistance yang pula disebut sebagai neckline. 

Jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa dikatakan harga sudah mulai berpaling dari trend bearish menuju trend bullish.

Untuk penentuan targetnya pun tidak berbeda dengan pola Head and Shoulders. Target bisa ditentukan secara manual dengan melihat riwayat harga yang mengandung resistance untuk dijadikan target atas pergerakan harga mendatang. Namun, bisa pula dengan memproyeksikan jarak “Head” (D) dan neckline untuk dijadikan target terdekat yang akan disentuh oleh harga. Seperti pada gambar berikut:


Berikut adalah contoh terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders yang Saya ambil dari pergerakan harga mata uang euro terhadap dolar:

Pola Inverted Head and Shoulders pada mata uang EUR/USD pertengahan tahun 2010 dilihat dengan timeframe harian (daily charts).

Di atas adalah contoh empiris terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders. Mata uang euro melambung tinggi terhadap dolar setelah neckline pada pola tersebut tertembus. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Euro melambung terhadap dolar setelah pola Inverted Head and Shoulders terkonfirmasi (yang dilingkari). $EURUSD mencapai nilai tertingginya pasca pembentukan pola ini pada 5 April 2011 (seperti yang ditunjukkan tanda panah).
Sekali lagi, terbukti pola ini, baik Inverted Head and Shoulders maupun yang normal, memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Yang jika pola terkonfirmasi, akan ada pembalikan arah trend yang disebut reversal. Target yang telah diproyeksikan pun tanpa perlu diurai dalam gambar terlihat telah tercapai bahkan jauh melampaui target yang telah ditentukan berdasarkan metode proyeksi.

Triple Tops

Selanjutnya adalah Triple Tops. Berbicara mengenai jenis-jenis pola yang mengandung “Top” pada penamaannya, sebenarnya pola-pola tersebut hanyalah bentuk dari adanya pergerakan harga yang stuck / tertahan pada suatu level resistance. Dan, pada pola Triple Tops ini, pergerakan harga membentuk tiga puncak yang bisa dibilang memiliki tinggi (top) yang sama karena adanya resistance di area tersebut. Walaupun memang pada kenyataannya seringkali tops atau “puncak-puncak” yang terbentuk tidak selalu sama percis (tingginya), namun seperti yang dikemukakan Elaine Yager, Direktur sebuah perusahaan investasi di Amerika, bahwasannya jika ketiga puncak yang terbentuk masih dalam area yang berdekatan, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan memenuhi kriteria sebuah pola Triple Tops. Pola yang satu ini merupakan turunan dari pola Head and Shoulders dan termasuk ke dalam golongan pola yang langka. Dengan kata lain pola ini sangat jarang ditemui di dalam charts pergerakan harga.


Gambar di atas adalah gambaran umum tentang pola Triple Tops. Terlihat bagaimana besarnya upaya harga dalam menguji level resistance pada gambar tersebut. Gagalnya upaya harga yang pertama kali (A) akan mengakibatkan terjadinya pergerakan korektif dan akan menciptakan sebuah support (dapat juga disebut neckline) ketika pergerakan korektif tersebut berakhir (B). Harga yang kembali memantul ke atas pasca berakhirnya pergerakan korektif tadi kemungkinan besar akan tertahan kembali dan dipantulkan lagi oleh resistance (C). Setelah gagal pada upayanya yang kedua tersebut, harga akan mulai menguji level support yang terbentuk berdasarkan lembah sebelumnya, yaitu titik B. 

Jika support gagal ditembus, harga dipastikan akan mendekat kembali ke level resistance (E). Namun, jika support tadi tertembus, maka yang terjadi adalah harga hanya membentuk dua buah puncak atau disebut dengan pola Double Tops (akan dibahas pada bahasan selanjutnya). Seperti yang kita ketahui bahwa resistance yang sering diuji dan gagal ditembus merupakan resistance dengan katagori strong (strong resistance). Pada contoh ini harga telah menguji resistance sebanyak dua kali dan gagal menembus sebelum membentuk top 3 (E). 

Sebagaimana mestinya, ketika berhadapan dengan sebuah strong resistance harga cenderung akan tertahan dan kembali memantul ke level support, seperti yang digambarkan pada puncak E. Ketika telah tercipta tiga puncak yang tingginya (relatif) sama, support yang ada akan menjadi ujian terakhir bagi harga. Pada kondisi ini harga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menembus support tersebut karena memang pada kenyataannya jarang sekali (bahkan tidak ada) statistik yang menunjukkan harga membentuk suatu puncak hingga sebanyak empat kali. Artinya, dapat dipastikan atau paling tidak sangat besar kemungkinannya harga akan menembus level support yang juga sebagai neckline tersebut.

Sesuai dengan kategorinya sebagai Reversal Chart Pattern, Triple Tops memiliki akurasi yang cukup tinggi atas sinyal reversal. Harga dipastikan akan berpaling dari trend bullish menjadi bearish selama beberapa waktu. Kisaran waktunya memang tidak bisa dipastikan, namun seperti yang kita tahu sebuah trend bisa berlangsung paling singkat dua minggu sampai dengan enam minggu. Mengenai targetannya pun Triple Tops dapat mengadopsi metode proyeksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Berikut contohnya:


Dan berikut contoh empiris dari pola Triple Tops pada mata uang USDCHF (US$ vs Swiss Franc):
 
Pola Triple Tops pada pasangan mata uang US dollar – Swiss franc.


Perlu saya perjelas bahwa penarikan garis leher (neckline) pada pola ini sangat bergantung pada subjektivitas seseorang. Namun, beberapa pakar menyarankan untuk lebih mengutamakan menarik garis horizontal dari lembah yang terbentuk setelah “top 1” (titik B pada Gambar 9.) sebagai neckline. Hal ini berlaku tidak hanya pada pola Triple Tops, melainkan pula pada pola “Tops” lainnya dan bahkan pada pola “Bottoms”. Meskipun demikian, tak jarang trader yang menarik neckline berdasarkan lembah-lembah yang terbentuk. Saya tidak bisa menyarankan untuk memilih salah satunya. Tapi, lagi-lagi, silahkan Anda kenali karakter diri terlebih dahulu. Jam terbang akan secara otomatis mengajari Anda.

Triple Bottoms

Triple Bottoms adalah kebalikan dari Triple Tops. Bedanya adalah pada pola ini trend yang mengawalinya haruslah selalu bearish. Jika tidak, maka patut untuk diragukan validitasnya. Kebalikan dari Triple Tops, Triple Bottoms membentuk tiga buah lembah yang posisinya berada di dasar sebuah trend bearish. Sama seperti Triple Tops, pola ini mengindikasikan adanya sinyal reversal dari bearish menjadi bullish. Pola yang merupakan turunan dari Inverted Head and Shoulders ini pun termasuk ke dalam golongan pola langka yang sangat jarang ditemui dalam charts.




Cara menentukan garis resistance pada pola ini pun beraneka ragam, namun secara umum resistance ditentukan dengan menarik garis mendatar (horizontal) pada titik tertinggi di antara lembah A dan C. Target pada pola ini juga dapat ditentukan dengan memproyeksikan jarak vertikal pada titik terendah pada lembah dengan resistance / neckline.




Berikut contoh Triple Bottoms yang terlihat pada mata uang USD/CAD (US dollar vs Canada dollar):

Pola Triple Bottoms terlihat pada $USDCAD dilihat dari timeframe satu jaman (hourly).

Double Tops

Pola turunan dari Pola Triple Tops ini adalah pola yang memiliki dua buah puncak (top) pada pembentukannya dan mengindikasikan sinyal reversal dari bullish menjadi bearish. Idealnya, puncak-puncak yang terbentuk pada pola ini memiliki ketinggian yang sama. Namun, seperti yang dikatakan Elaine Yager, meskipun memiliki ketinggian yang berbeda, asalkan masih pada area yang berdekatan, suatu pola dapat dikatakan terbentuk. Meskipun demikian, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, konfirmasi lebih lanjut atas validasi suatu pola—khususnya Double Tops—adalah pada penembusan area support dan resistancenya yang dalam hal ini tidak bukan adalah neckline*.

*Ditegaskan dengan kata “dalam hal ini” karena tidak semua pola dalam Chart Patterns memiliki neckline. Beberapa pola hanya mengacu pada support dan resistance yang terbentuk dengan khasnya masing-masing.

Sama halnya dengan pola “Tops” lainnya, Double Tops haruslah diawali dengan pergerakan up-trending baru bisa dikatakan valid. Jika dibandingkan dengan pola-pola “Triple”, statistik untuk pola-pola “Double” lebih banyak jumlahnya. Dengan kata lain, pola-pola Double lebih sering ditemui dalam charts. Masih menurut Thomas N. Bulkowski, terdapat 454 formasi Double Tops yang terbentuk dalam periode tahun 1991-1996. Sebanyak 341 merupakan sinyal reversal, dan 113 lainnya adalah sinyal konsolidasi. Itu artinya, Double Tops pun dapat dikatakan pola dengan tingkat kegagalan (failure rate) yang cukup rendah, yaitu sekitar 16-17%. (Sedikit lebih tinggi dibandingkan pola-pola Triple yang memiliki failure rate hanya sebesar 6-7%).


Namun, dikarenakan intensitasnya yang cukup sering ditemui dalam charts, pola “Double”khususnya Double Tops seringkali mengecoh para trader; bukannya reversal, yang terjadi malah harga melanjutkan trend sebelumnya (seperti pada Gambar 15.). Maka dari itu, untuk menghindari jebakan (traps) semacam ini, jangan sekali-kali Anda masuk dalam posisi yang prematur atau posisi yang belum meyakinkan validasinya.



Konfirmasi validasi pada Double Tops haruslah menunggu support yang terbentuk dari lembah (B) tertembus. Ini dapat meminimalisir resiko yang ada seperti kejadian di paragraf sebelumnya. Target yang dapat dicapai pun dapat kita perkirakan dengan metode proyeksi, yaitu dengan memproyeksikan jarak vertikal titik puncak dengan support / neckline.


Berikut saya paparkan contoh pola Double Tops yang terlihat pada mata uang USD/CAD:

Pola Double Tops pada USDCAD dilihat dari timeframe H1 (hourly).

Selain pada $USDCAD, pola Double Tops juga sering ditemui pada “Major Pair“, seperti $EUR/USD:

Double Tops pada EUR/USD pertengahan tahun 2008 dilihat dengan timeframe D1 (harian/daily).

Double Bottoms

Double Bottoms adalah turunan dari pola Triple Bottoms. Pola ini termasuk ke dalam katagori pola reversal karena mengindikasikan adanya perubahan arah trend dari bearish menjadi bullish. Sesuai dengan namanya, pola ini membentuk dua buah lembah pada “dasarnya” dan menggunakan resistance sebagai neckline untuk acuan validasinya. Mengenai hal lainnya, rasanya tidak perlu lagi Saya jabarkan karena apa yang ada pada Double Bottoms kurang lebih sama dengan Double Tops. 

Yang membedakan hanyalah posisinya yang menghadap ke bawah karena didahului oleh pergerakan down-trending. Ingat! Selalulah perhatikan trend yang mengawalinya. Perhatikan gambar di bawah:



Seperti biasa, mengenai targetnya pun pola Double Bottoms dapat mengadopsi metode proyeksi jarak vertikal antara head dengan neckline yang ada. Seperti pada gambar di bawah ini:


Dan berikut salah satu contoh pola Double Bottoms yang terlihat pada chart:

Double Bottoms yang terlihat di charts $EURUSD pertengahan tahun 2001, dilihat dari timeframe D1 (daily charts).


Read more ...

Jumat, 02 Desember 2016

CHART PATTERNS



Satu lagi aspek yang harus Anda kenali dalam analisis teknikal, yaitu: “Chart Pattern”. Sebelumnya, Saya sarankan Anda untuk memahami bacaan pada bab Trendline dan Support & Resistance terlebih dahulu sebelum melanjutkan bab ini. Alasannya adalah karena Chart Patterns pada dasarnya dibentuk oleh sekumpulan konsep yang terdapat pada Trendline dan Support & Resistance

Sifat-sifat yang dimiliki Chart Patterns pun tidak akan jauh berbeda dengan apa yang sudah  dibahas pada bab-bab tersebut. Maka dari itu, demi menghindari “miss” dalam pembahasan kali ini, silahkan dengan lapang dada Anda mengulang bacaan pada bab Trendline dan Support & Resistance. Untuk yang merasa sudah memahami, silahkan lanjutkan bab ini.

Chart Pattern adalah pola grafik yang terbentuk dari sekumpulan konsep yang terdapat pada Trendline dan Support & Resistance. Pola ini pun pada dasarnya terbentuk oleh adanya kesepahaman trader dalam mengidentifikasi dan merespons situasi maupun kondisi yang terjadi. Sehingga, bisa dibilang yang menjadi konsep dasar pada bahasan kita kali ini adalah Support dan Resistance. 

Awalnya, Chart Patterns tidaklah menjadi satu hal yang diperhitungkan dalam analisis teknikal. Sampai pada tahun 1920-an, seorang akuntan bernama Ralph Nelson Elliot mengemukakan hasil pengamatannya tentang hubungan antara konsep dasar pada Support dan Resistace dengan kecenderungan harga membentuk suatu pola. Apa yang dikemukannya tadi secara tidak langsung memperkuat anggapan yang telah ada sebelumnya bahwa manusia mempunyai perasaan atau emosi yang sama terhadap suatu situasi maupun kondisi. Dengan dasar anggapan itu Elliot memperkirakan reaksi manusia (baca: trader) akan selalu sama sampai kapanpun. Hal inilah yang membuat suatu pola cenderung berulang sehingga sangat dimungkinkan untuk diprediksi atau paling tidak dipahami kebiasaannya.

Sebetulnya Chart Patterns hanyalah bentuk yang lebih spesifik dari suatu fase pada sebuah trend. Chart Patterns merangkum seluruh aktivitas perdagangan yang ada secara perspektif dan formatif. Dikatakan perspektif karena pola yang terbentuk akan sangat bergantung pada sudut pandang yang melihatnya. Dan, dikatakan formatif karena Chart Pattern terdiri dari formasi-formasi khusus yang terbentuk oleh pergerakan harga.

Berbicara mengenai perspektivitas, pada dasarnya Chart Pattern dapat ditemukan dari sudut pandang yang bagaimanapun dan seperti apapun. Namun memang, apa yang diangkat dalam hal ini bukanlah semata-mata perspektivitasnya saja melainkan pula validitasnya. Tingkat validasi (validitas) Chart Patterns yang dilihat dari sudut pandang (timeframe) yang luas tentu akan lebih tinggi daripada validitas Chart Patterns yang terlihat di sudut pandang yang sempit. Validitas Daily Charts akan lebih tinggi daripada Hourly Charts dan validitas Weekly Charts akan lebih tinggi daripada Daily Charts. Begitu seterusnya.

Dari segi formasinya Chart Patterns terbagi ke dalam dua kategori, yaitu : 

  • Pola Pembalikan Arah (Reversal Patterns) - Reversal adalah situasi dimana pergerakan harga mulai berganti arah. Dengan kata lain Reversal Patterns adalah pola yang mengindikasikan pembalikan arah trend yang sedang berlangsung.
  • Pola Berkesinambungan/Berkelanjutan (Continuation Patterns). - Continuation Patterns, sesuai dengan namanya, adalah pola yang mengindikasikan terjadinya keberlanjutan sebuah trend yang sedang berlangsung walaupun pada nyatanya mungkin akan didahului dengan koreksi yang wajar. 


Pesan terselubung yang dapat Anda ambil dalam hal ini adalah bagaimana pada nantinya Anda bisa mengindentifikasi dan memanfaatkan secepat mungkin informasi yang ada dengan pemahaman kedua kategori Chart Patterns tersebut. Lagi-lagi, hal ini bertujuan bukan hanya demi keuntungan semata, melainkan keuntungan yang optimal.

Dua kategori Chart Patterns tadi memiliki bentuk-bentuknya masing-masing. Dan, bentuk-bentuk yang terdapat pada charts tentu sangat banyak jumlahnya. Namun pada umumnya, ada beberapa bentuk yang terkenal dikalangan trader. Berikut bentuk-bentuk yang dimaksud berdasarkan kategorinya:
  1. Reversal Chart Patterns:
  • Head and Shoulders
  • Inverted Head and Shoulders
  • Triple Tops
  • Triple Bottoms
  • Double Tops
  • Double Bottoms
  1. Continuation Chart Patterns:
  • Triangles
  • Flags
  • Pennants
  • Rectangles
  • Cup and Handle

Read more ...
Published, October 2015 By Catatan Forex