Breaking News

Belajar Forex

Analisis Forex

Indikator Forex

Strategy Trading

Jumat, 11 November 2016

Strategi Scalping - 2


Akhir-akhir ini, scalping menjadi strategi forex yang kembali populer terutama di kalangan trader pemula, karena mereka sangat ingin memperoleh keuntungan dari trading forex setiap hari. Mereka tidak mau membiarkan posisi mereka terbuka hingga beberapa jam, hari, apalagi minggu. Mereka tidak mau menempatkan stop loss karena mereka tidak mau kehilangan uang mereka. Ada ketakutan bahwa mereka akan kehilangan uang mereka di keesokan hari jika mereka membiarkan posisi mereka overnight.

Alasan-alasan tersebut di atas sekilas terdengar masuk akal, namun masalahnya kemudan adalah tidak ada strategi forex yang menjamin bahwa seorang trader tidak akan mengalami kerugian dalam trading forex. Benar: TIDAK ADA. Tidak long term trading, tidak day trading, tidak pula scalping.


Bahkan strategi forex yang “terbaik” sekalipun tidak bisa menjamin bahwa setiap transaksi yang dilakukan PASTI akan berakhir dengan keuntungan. Tidak ada jaminan “akurat 100%”. Namun, dalam trading forex yang penting bukanlah akurasi dari setiap analisa, melainkan akumulasi hasil trading dari seluruh transaksi yang dilakukan. Strategi forex yang “terbaik” hanya bisa memberikan keuntungan pada Anda dalam jangka waktu yang panjang, bukannya instan. Itu pun harus disertai dengan pengelolaan modal yang baik dan langkah antisipasi resiko yang mantap.

Mengapa scalping menjadi begitu popular ?

Bagaimana sih sebenarnya cara scalping yang baik? Mengapa scalping menjadi begitu populer ?


Begini: sebenarnya tidak ada strategi forex yang terbaik. Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tinggal apakah si trader yang menggunakan metode tersebut tahu atau tidak bagaimana dan kapan menggunakan metode tersebut. Suatu metode bisa jadi bekerja dengan baik pada seorang trader namun tidak bisa berjalan pada trader lain. Dalam trading forex, karakteristik dan tingkat pengetahuan masing-masing trader mempengaruhi tingkat kesuksesan sebuah strategi.

Hanya saja, scalping seakan-akan sudah menjadi “mainstream”. Apalagi ada klaim bahwa ada yang bisa “memformulasikan” pergerakan harga sehingga pasar menjadi sangat mudah untuk ditebak atau diprediksi. Tentu saja itu tidak benar, karena pergerakan pasar merupakan efek dari perilaku manusia, sementara perilaku manusia sendiri tidak bisa ditebak. Dus, pasar pun pada dasarnya unpredictable. 

Konsep “history repeats itself”

Lalu bagaimana dengan konsep “history repeats itself” dalam analisa teknikal ?


Konsep ini sebenarnya tidak mengacu pada kemampuan seorang technician (penganut analisa teknikal) dalam “meramal” pergerakan harga selanjutnya. Dalam analisa teknikal, seorang technician sebenarnya hanya “membaca” apa yang terjadi di pasar melalui pergerakan harga itu sendiri. Di masa lalu – dan selalu berulang – harga cenderung akan bergerak ke arah tertentu setelah kemunculan pola-pola pergerakan harga tertentu. Itulah yang dijadikan acuan untuk mengambil keputusan beli atau jual.

Begitupun, techinican mana pun tidak akan serta-merta menganggap hal itu adalah suatu kepastian. Dalam buku “Technical Analysis of the Financial Markets” karya John J. Murphy – yang konon adalah “the bible of technical analysis” – disebutkan bahwa analisa teknikal hanya memiliki akurasi sekitar 70%. Yang membuat analisa teknikal menjadi berharga adalah ketika ia dikombinasikan dengan risk & money management serta memiliki risk-reward-ratio yang baik.

Apa pun klaim orang tentang strategi forex tertentu, pada kenyataannya trading forex tetaplah aktivitas bisnis yang memiliki resiko. Dengan demikian, meskipun peluang keuntungan yang ditawarkan memanglah sangat tinggi, pada kenyataannya hal itu baru akan bisa dicapai dengan tingkat keahlian yang memadai. Trading forex bahkan bisa berbahaya bagi mereka yang melakukan transaksi dengan emosional.

Kapan metode scalping bisa diterapkan ?

Karena para scalper senantiasa melakukan transaksi dalam “kecepatan tinggi”, maka konsentrasi yang tinggi pun mutlak diperlukan. Koneksi internet yang cepat dan stabil juga harus dimiliki, agar memungkinkan untuk mengeksekusi transaksi dalam hitungan detik.

Jika Anda ingin melakukan scalping, Anda sebaiknya memilih major currency pair yang memiliki likuiditas dan aktivitas perdagangan yang tinggi. Selain itu, waktu yang dipilih untuk menjalankan strategi scalping sebaiknya adalah waktu-waktu di mana ada “overlapping” pasar, misalnya di waktu ketika pasar Asia, Eropa dan London sama-sama aktif.

Jangan jalankan metode ini jika Anda merasa tak punya cukup waktu atau tak bisa berkonsentrasi penuh pada chart Anda. Jangan pula mencoba untuk scalping jika Anda tidak fit secara fisik maupun psikis. Apalagi ketika Anda sedang dalam kondisi psikologis yang emosional. Bahkan keinginan untuk membalas kerugian yang terdahulu (revenge trading) pun harus Anda hilangkan dari pikiran Anda.

Kesimpulan

Scalping, betapa pun diklaim sebagai strategi trading forex yang menguntungkan, tidaklah cocok untuk semua orang.

Metode ini justru hanya cocok untuk mereka yang memenuhi kriteria-kriteria berikut:
  1. Sabar
  2. Teliti
  3. Tidak mudah stress
  4. Bisa dengan cepat mengambil keputusan yang efektif di situasi genting
  5. Tidak emosional dalam trading
  6. Memiliki pengetahuan memadai tentang beragam metode trading
  7. Memiliki “jam terbang” tinggi
  8. Memiliki daya konsentrasi yang tinggi (fokus)
  9. Memiliki daya tahan tubuh yang tinggi
  10. Jangan lupa: koneksi internet yang cepat dan stabil.
Jika Anda memenuhi semua kriteria di atas, go with it. Jika tidak, jangan coba-coba. Tunggulah hingga Anda memiliki semua kriteria tersebut.

Jangan menelan mentah-mentah kisah manis mengenai scalping yang mungkin Anda dengar dari teman Anda. Ingatlah bahwa tidak pernah ada rumus khusus yang menjamin bahwa Anda akan sukses dalam melakukan scalping. Ingat bahwa metode yang berhasil pada seseorang belum tentu akan berhasil pada diri Anda. Yang sebaiknya Anda lakukan adalah mencoba untuk menemukan metode apa yang cocok sebagai strategi trading forex Anda.


Read more ...

Strategi Scalping - 1


Salah satu teknik yang saat ini sedang naik daun dalam dunia trading forex adalah “scalping”. Para trader seolah-olah “terhipnotis” dengan istilah tersebut dan scalping mendadak menjadi strategi forex yang sedang naik daun.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui Google per tanggal 22 Desember 2014, dalam kata “scalping” menempati jumlah pencarian terbanyak dalam sebulan hanya untuk netter di Indonesia saja. Rata-rata 210 pencarian dalam sebulan, bahkan mengalahkan kata kunci analisa teknikal (rata-rata 170 pencarian sebulan). Ini menujukkan bahwa scalping menjadi salah satu teknik yang cukup membuat penasaran para trader, setidaknya di Indonesia.



Apakah Anda termasuk di antara para trader yang penasaran mengenai scalping ? Apakah Anda setidaknya pernah berpikir untuk menjadi seorang scalper ?

Warning !

Ada yang perlu Anda ketahui: bahwa meskipun scalping terlihat seperti cara mudah untuk mencetak profit kecil dalam hitungan menit, sebenarnya tidaklah semudah itu. Meskipun dalam trading forex scalping dikenal cepat memberikan hasil, namun strategi forex yang satu ini hanya bisa memberikan hasil hanya jika Anda bisa mengambil keputusan yang tepat dalam waktu singkat. Itu pun jika Anda tak diganggu oleh koneksi internet di Indonesia yang terkenal sering “putus-nyambung”, atau spread yang melebar, atau re-quote karena harga yang volatile sementara koneksi internet tak mendukung.
Scalping ibarat game komputer yang mengandalkan kecepatan mata dan tangan. Misalnya game balap mobil di mana Anda harus bisa mengambil keputusan di saat genting dalam waktu singkat, atau mobil Anda akan tergelincir ke luar jalur. Sekilas terlihat menyenangkan, namun dalam scalping, uang Anda yang menjadi taruhannya.

Begitupun, scalping mungkin menjadi salah satu strategi forex yang perlu Anda ketahui juga, atau setidaknya Anda tahu bagaimana cara kerjanya. Setidaknya untuk menambah wawasan Anda sebelum Anda mencobanya.


Apa sih scalping itu ?



Dalam trading forex, scalping merupakan strategi forex di mana sang trader mencoba untuk “memungut” profit kecil secara beruntun. Seorang trader akan masuk dan keluar dari pasar beberapa kali dalam sehari, mencoba untuk mencari keuntungan di antara pergerakan pasar yang volatile. Para scalper biasanya juga akan bereaksi dengan cepat ketika ada rilis data ekonomi atau berita lain yang memiliki dampak besar terhadap pergerakan pasar.

Meskipun terlihat mirip dengan day trading, namun sebenarnya tak sama. Dalam day trading, seorang trader hanya akan membuka posisi sebanyak satu atau dua kali dan posisi tersebut akan ditutup sebelum hari perdagangan tersebut berakhir. Ia tak pernah – atau sangat jarang – membiarkan posisi tersebut mengalami overnight. Sementara itu seorang scalper bisa membuka dan menutup posisi lebih banyak lagi dan hanya mengincar profit-profit kecil tiap kali membuka posisi. Jika day trader menggunakan chart 15 menit hingga 1 jam, maka scalper memanfaatkan chart 1 menit.

Day trader biasanya menargetkan keuntungan $200 hingga $500 tiap kali membuka posisi, sementara scalper biasanya hanya menargetkan $5-$10 per transaksi. Jika ia berhasil melakukan 10 kali transaksi yang menghasilkan keuntungan, maka ia akan bisa membukukan keuntungan sebesar $50-$100 per hari. Tentu saja, jumlah itu hanya bisa diperoleh jika semua transaksi yang ia lakukan berakhir dengan keuntungan. Terkadang justru sekali transaksi yang merugi justru menghapuskan keuntungan yang diperoleh dari 9 transaksi sebelumnya.


Scalping atau tidak ?



Scalping merupakan strategi forex yang membutuhkan konsistensi dan konsentrasi yang sangat tinggi. Anda harus siap sedia di depan komputer untuk memantau aktivitas pasar dan bereaksi secepat kilat merespon setiap peluang. Anda harus bisa duduk berjam-jam di depan monitor Anda dan harus bisa membuat keputusan dalam waktu singkat. Jika perhatian Anda teralihkan sebentar saja, Anda akan melewatkan peluang yang ada atau justru mengalami kerugian yang menyakitkan.

Anda harus bisa dengan cepat keluar dari pasar secepat Anda masuk menggunakan berbagai macam metode trading forex. Untuk itu, sambungan internet yang bisa diandalkan mutlak Anda miliki. Bayangkan jika Anda tak bisa menutup posisi Anda yang sedang merugi gara-gara sambungan internet terputus. Konyol, kan ?

Anda juga harus bisa menghadapi tingkat stress yang lebih tinggi daripada day trading. Jika Anda masih sering diliputi emosi tiap kali Anda trading, sebaiknya berpikirlah lagi sebelum memutuskan untuk menerapkan strategi scalping, sebab teknik ini bukan untuk mereka yang mudah dilanda emosi. Bahkan sebenarnya seorang day trader pun tak boleh emosional ketika trading, apalagi seorang scalper.

Apakah Anda sudah siap untuk semua hal di atas ? 
Jika ya, silakan mencoba kemampuan Anda. 
Jika tidak – atau bahkan ragu – pikir-pikirlah dahulu.


Read more ...

Kamis, 10 November 2016

Trend ( Bullish & Bearish )


Istilah “trend” dalam kehidupan sehari-sehari sering digunakan untuk mengungkapkan keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi perhatian kebanyakan orang. Selain kaitannya dengan fashion, trend pun memiliki kaitan erat dengan market business khususnya forex trading.

Berbagai ungkapan seperti “Don’t fight the trend”, “Follow the trend”, dan “Trend is friend” menggambarkan betapa pentingnya pemahaman akan trend ini. Ketika mendapati keadaan dimana suatu hal sedang menjadi trend (istilahnya sedang trendy), kebanyakan orang pasti berlomba-lomba untuk memilikinya. Bukan semata-mata untuk kebutuhan, tapi supaya gak dibilang ketinggalan zaman. Begitu pula dalam forex trading, jika Anda tidak ingin rugi maka Anda wajib mengikuti trend yang terjadi.

Trend dalam forex berarti suatu kecenderungan atau kondisi dimana terdapat satu jenis pergerakan yang mendominasi chart dan cederung berlanjut. Atau bisa dikatakan pula sebagai pergerakan harga secara menyeluruh (dilihat dari pojok kiri menuju pojok kanan chart). Di semua instrumen perdagangan, harga bisa bergerak secara trending dan trading



Pergerakan trending adalah harga yang bergerak menurut kecenderungan tertentu (bullish / bearish) sedangkan pergerakan trading adalah harga yang bergerak pada kisaran yang sempit dan berlangsung relatif lama. 

Terdapat dua jenis trend menurut arah pergerakannya yaitu bullish trend dan bearish trend. Bullish trend adalah trend (kecenderungan) yang menunjukkan pergerakan–secara menyeluruh–mengalami kenaikan sedangkan bearish trend adalah trend (kecenderungan) yang menunjukkan pergerakan harga–secara menyeluruh–mengalami penurunan. Ribet bacanya ? bullish = naik, bearish = turun. “Kenapa naik disebut bullish dan turun disebut bearish, ?” Memang belum ada penjelasan ilmiah terkait hal ini namun menurut Wikipedia bull dan bear ini diambil dari etimologi yang berasal dari Jerman. Bull mengistilahkan suatu keadaan yang dapat dikatakan sempurna (excellent) sedangkan bear adalah keadaan sebaliknya yang menggambarkan kondisi yang tidak baik.

Trend pada kenyataannya tidak melulu bergerak searah, ia akan selalu dibayangi oleh lawannya. Dalam perjalanannya, bullish tidak berarti selalu naik namun ia akan mengalami pergerakan korektif atau bearish sebagai pelengkapnya. Begitu pula dengan bearish, ia akan selalu ditemani oleh si bullish selama perjalanannya, itu pasti. Pergerakan seperti itu merupakan gambaran dari dinamika pasar (market) yang sebenarnya. Ia tidak melulu mengalami masa indah, namun juga adakalanya pasar mengalami masa sulit dimana ia akan terjatuh. Seperti halnya manusia, akan selalu mendapat cobaan dan rintangan dari Yang Maha Kuasa.

Trend (kecenderungan) bisa berbeda-beda jika kita lihat dari sudut pandang yang berbeda pula. Misalnya saja, ketika kita melihat pergerakan harga pada timeframe satu jaman / H1 (seperti gambar di bawah), boleh dikatakan emas sedang mengalami bearish trend.



Namun, bagaimana jika dilihat dari timeframe mingguan / W1 ? (Lihat gambar di bawah) Terlihat trend yang terjadi berbeda dengan trend yang tadi kita lihat pada timeframe satu jam-an. Trend pada timeframe mingguan menunjukkan harga sedang mengalami bullish trend.



Dalam hal ini, pergerakan trend pada timeframe yang lebih kecil biasa dikatakan sebagai minor trend sedangkan pergerakan trend pada timeframe yang lebih besar disebut sebagai major trend. Artinya, trend terbagi lagi menjadi dua jenis jika dilihat berdasarkan jangka waktunya yaitu: major trend dan minor trend. Ini berarti pula, setiap jenis trend bisa kita manfaatkan sesuai dengan trading style kita masing-masing, Oh iya, beberapa sumber mungkin berbeda dalam pengistilahan minor trend. Ada yang menyebutnya dengan cross trend, corrective trend, dll. Yang jelas, belum ada ketentuan pasti akan hal ini, semua bebas berpendapat selama tidak menyimpang dari maksud dan arti yang sebenarnya.


Ada pula yang berpendapat bahwa trend terbagi menjadi tiga bagian, terlepas dari timeframe berapapun yang digunakan, yaitu: major trend, secondary trend, dan minor trend. Sama halnya seperti penjelasan di atas, major trend dalam hal ini merupakan trend yang utama (yang mendominasi) dalam tampilan chart. Sedangkan secara berurut, secondary trend dan minor trend merupakan trend yang lebih kecil lagi.



Gambar di atas adalah pergerakan harga yang menunjukan major trend dengan garis putih, secondary trend menggunakan garis merah, dan minor trend dengan lingkaran kuning.

Apapun dan bagaimanapun gaya tradingnya, timeframe berapapun yang digunakan, dan apapun jenis grafiknya, setiap trader pasti memiliki cara yang sama dalam menganalisis sebuah trend. Memang kita tidak bisa memastikan kapan dan berapa lama akan terjadinya suatu trend namun paling tidak, secara teknikal kita bisa mempelajari kebiasaannya. Kenapa mesti secara teknikal? Ya, karena trend hanya bisa diidentifikasi secara teknikal, tidak bisa secara fundamental. Menganalisis trend perlu pemahaman akan ciri-ciri trend itu sendiri. Ciri-ciri yang dimaksud adalah berupa fase-fase yang ada pada sebuah trend. Fluktuasi harga yang terjadi akan selalu membentuk sebuah fase. Fase ini pulalah yang pada nantinya dapat memudahkan trader dalam memprediksi kemana harga akan bergerak selanjutnya. 

Berikut fase-fase yang terdapat pada sebuat trend:




Sedikitnya ada lima fase yang terdapat pada pembentukan sebuah trend. Fase tersebut antara lain: reversal, fase awal, fase (pertengahan) trend, fase akhir, dan diakhiri dengan reversal lagi. Dari kelima fase tadi, fase awal menjadi fase yang paling berharga untuk dimanfaatkan. Fase ini memberikan Anda kesempatan untuk masuk ke dalam situasi pasar pada saat yang tepat. Artinya, perbandingan/ratio loss and profit yang Anda miliki saat masuk pada fase ini sangat bersahabat; batasan stop loss minimalis, dan profit target bisa Anda tentukan dengan ratio yang lebih besar daripada stop loss. Bayangkan saja berapa besar probabiliti profit yang kita miliki jika kita masuk pada fase awal ini sedangkan yang kita tahu, sebuah trend–paling singkat–bisa berlangsung selama dua minggu. Bandingkan trader yang masuk pada fase awal dengan yang masuk pada fase pertengahan. Disaat trader yang masuk di pertengahan tengah berharap profit, trader yang lebih dulu masuk pada fase awal sudah bisa merasakan hasilnya disaat yang sama. Namun, bukan berarti terdapat larangan untuk masuk pada fase pertengahan ataupun fase lainnya, hanya saja alangkah lebih menguntungkannya jika Anda bisa masuk lebih awal ke dalam pasar agar bisa merasakan profit yang bukan sekadar profit melainkan profit yang optimal.

Untuk bisa memanfaatkan fase ini dibutuhkan pemahaman akan ciri-ciri dari setiap fase tersebut. Ya, trend memiliki ciri-ciri berupa fase, fase pun memiliki ciri-cirinya sendiri. Menentukan ciri fase sama halnya dengan mempelajari pola pada grafik. Setiap fase yang membentuk sebuah trend pada dasarnya adalah kumpulan dari setiap pola yang terbentuk yang kita kenal dengan istilah chart pattern. Ini artinya, trend secara tidak langsung terbentuk oleh adanya pola-pola grafik. Ini berarti pula, Anda harus mempelajari pola-pola yang ada guna membantu Anda dalam melakukan analisis teknikal. Chart pattern tidak saya satukan pada bahasan trend ini karena saya tidak mau pemahaman Anda tercampur. Meskipun demikian, chart pattern sangat mudah untuk dipelajari dan setiap trader, khususnya trader teknikaln akan sangat membutuhkan chart pattern dalam pelaksanaan tradingnya.

Read more ...

Sang Penggerak Harga



“Apa dan siapa yang menggerakan mata uang ?”
“Bagaimana harga suatu mata uang bisa melambung tinggi dan terperosot dalam ?”

Banyak trader yang tidak paham betul akan sebab terjadinya ( naik/turunnya ) harga ini. Sebagian dari mereka justru menganggap remeh ( menganggap tidak perlu memahami faktor penggerak harga ). Padahal dalam prakteknya, dengan memahami faktor penggerak harga ini kita akan sangat terbantu dalam melakukan trading forex. Tidak hanya untuk meraih profit, tapi juga meraih profit secara optimal ! Secara garis besar, harga–mata uang–bergerak disebabkan oleh adanya dinamika penawaran dan permintaan ( supply and demand ). Hal ini tak terlepas dari hukum penawaran dan permintaan.


Hukum Penawaran ( Law of Supply ),

hubungan positif antara harga dan kuantitas barang yang ditawarkan. Harga yang terjadi di pasar akan berbanding lurus dengan kuantitas barang yang ditawarkan: Peningkatan harga pasar akan mengakibatkan meningkatnya kuantitas barang yang ditawarkan, dan penurunan harga pasar akan mengakibatkan penurunan kuantitas barang yang ditawarkan. Gambarannya: ketika seorang penjual mendapati harga dari produknya sedang tinggi, penjual tersebut tentu akan membuat produk yang lebih banyak lagi agar bisa meraup untung lebih besar. Namun, ketika harga sedang rendah, penjual tersebut pun akan menjual barang tersebut seadanya.


Hukum Permintaan ( Law of Demand ),

hubungan negatif antara harga dengan kuantitas barang yang diminta: Semakin tinggi harga, semakin rendah kuantitas barang yang diminta. Sebaliknya, semakin rendah harga maka akan semakin tinggi kuantitas barang yang diminta. Ambil contoh ketika Anda ingin membeli sesuatu, pasti Anda berharap barang yang akan Anda beli harganya rendah/murah sehingga Anda bisa membeli barang tersebut dengan jumlah yang lebih banyak. Namun, jika ternyata harga sedang tinggi, kebanyakan orang pasti akan membeli dengan jumlah sedikit karena uang yang dimilikinya terbatas atau mencari barang pengganti yang harganya lebih murah.

Tidak cukup sampai disitu, dinamika penawaran dan permintaan pun dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: fundamental, teknikal, dan psikologis. Faktor-faktor inilah yang perlu betul-betul dipahami oleh trader karena faktor-faktor ini pula yang pada nantinya dapat dijadikan acuan oleh trader dalam melakukan analisis. Berikut penjelasan masing-masing faktor tersebut:

Faktor Fundamental

Faktor fundamental penting untuk dipelajari karena faktor inilah yang menjadi aktor utama di balik peristiwa pergerakan harga. Sebuah ‘trend’ pergerakan harga baru seringkali tercipta disebabkan oleh adanya faktor fundamental. Dengan kata lain, faktor fundamental adalah faktor yang sangat berpengaruh atas terjadinya pergerakan harga sehingga berkaitan langsung dengan perubahan nilai mata uang. Jika sekarang ada yang bertanya: “mengapa demikian ?”

Faktor fundamental merupakan faktor yang di dalamnya terdapat indikator-indikator global, seperti: kondisi perekonomian, kebijakan moneter, kebijakan politis, kondisi geopolitis, dan lain sebagainya yang sangat sensitif terhadap keputusan pelaku pasar sehingga dampaknya dapat dirasakan atau dilihat langsung melalui pergerakan harga mata uang yang bersangkutan.

Analisis yang mengacu pada indikator ini disebut analisis fundamental ( lebih lanjut di bab Analisis Fundamental ), dan trader yang menggunakan analisis fundamental dalam menunjang tradingnya disebut fundament.


Faktor Teknikal

Faktor ini bisa dibilang hanyalah faktor turunan dari faktor fundamental, yang keduanya sama-sama mengacu pada indikator-indikator. Namun, berbeda dengan indikator yang terdapat pada faktor fundamental, indikator faktor teknikal tidak mengacu kepada indikator global melainkan hanya pada indikator-indikator yang tersedia dalam sebuah chart.

Meskipun tidak berdampak langsung pada pergerakan harga dominan, faktor teknikal seringkali menggambarkan keputusan eksekusi yang diambil oleh para pelaku pasar dan berpengaruh terhadap pergerakan harga secara agregat. Akibatnya, harga seakan-akan dapat bergerak mengikuti acuan-acuan teknikal yang ada. Analisis yang mengacu pada indikator-indikator teknis disebut analisis teknikal. Dalam prakteknya, analisis teknikal sama sekali tidak melirik pada kondisi ekonomi, politis, ataupun geopolitis yang ada, melainkan murni berdasarkan—pengamatan—aktivitas pergerakan harga yang sudah–dan sedang–terjadi. ( Lebih lanjut di bab AnalisisTeknikal ).

Trader yang menggunakan analisis ini sebagai penunjang tradingnya disebut trader teknikal atau bisa juga disebut teknisi. Kendati tidak mengacu pada indikator global, trader teknikal tetap tidak boleh mengesampingkan faktor fundamental yang ada karena trend dominan–atau dikenal dengan istilah major trend—hanya dapat tercipta dikarenakan oleh adanya faktor fundamental. Mereka (trader teknikal-red) tidak dapat menyebabkan sebuah ‘trend’ pergerakan harga tercipta, sehingga mereka hanya bersikap latah (ikut-ikutan) atas apa yang telah terjadi dan berusaha memanfaatkan fluktuasi harga yang sedang terjadi, namun tetap mengutamakan trend dominan sebagai acuan. 

Posisi transaksi yang berlawanan dengan arah trend dominan dapat dipastikan akan membawa bencana (baca: kerugian besar) kepada si pelakunya. Maka dari itu, jangan pernah Anda–sekali pun–melawan arah pergerakan trend dominan. Barangkali itulah maksud pesan yang disampaikan pepatah dunia investasi, “Trend is friend, don’t fight the trend!” ( Mengenai trend, akan dikupas tuntas di bab “TREND” )

Faktor Psikologis

Karena manusia memiliki daya ingat, harga pun memiliki daya ingat. Harga yang bergerak adalah bentuk dari kumpulan persepsi manusia (baca: trader). Persepsi yang saya maksud di sini adalah pemikiran trader yang sifatnya menyimpulkan atas suatu rumor yang beredar dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan transaksinya, entah itu ‘buy’ ataupun ‘sell’. Persepsi mana yang paling kuat, itulah yang akan tergambar pada pergerakan harga.

Misalnya: akan ada pengumuman penanggulangan krisis di wilayah Eropa oleh bank sentral Eropa (ECB). Normalnya, dampak dari suatu berita fundamental seperti ini baru akan mempengaruhi pergerakan harga mata uang (dalam hal ini euro) setelah berita dirilis. Akan tetapi, seringkali harga justru sudah bergerak lebih dulu (dalam hal ini bergerak melambung tinggi) sesaat sebelum dirilisnya berita, dikarenakan rumor yang beredar. Namun, begitu berita benar-benar dirilis dan ECB sepakat untuk memberikan stimulus yang notabene seharusnya dapat membuat pelaku pasar euro optimis, harga justru malah terkoreksi tajam hingga mencapai level sebelumnya—atau bahkan lebih dalam.

Hal seperti tadi dikenal dengan istilah ‘buy the rumour, sell the fact’. Karena dalam forex kita memiliki dua arah transaksi, bisa juga dong kalo kutipan tadi saya balik jadi ‘sell the rumour, buy the fact’ ?

Kondisi seperti inilah yang hanya dapat dijelaskan dari sisi-sisi psikologis, bukan dari sisi fundamental bukan pula teknikal. Pada kenyataannya, sedikit sekali trader yang mampu memahami sisi psikologis ini. Barang siapa mampu memahaminya, dialah yang akan menuai untung lebih banyak. Kurang-lebih seperti itulah yang dimaksud dengan psikologi pasar (market psycologic). Jam terbang akan dengan sendirinya mengajarkan Anda akan semua hal tadi. Tidak perlu berfikir harus ambil kuliah psikologi dulu untuk bisa mahir psikologi pasar. Apalagi sampai bersemedi di gunung-gunung. No need to do that! !

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggerak harga mata uang sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah manusia itu sendiri. Dan dalam pengambilan keputusannya, manusia (baca: trader) akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang sudah dijelaskan di atas. Mungkin kutipan ini perlu saya tegaskan kembali: “Karena manusia memiliki daya ingat, harga pun pasti memiliki daya ingat. Dan, memahami harga akan lebih “menguntungkan”.

Read more ...

Sabtu, 05 November 2016

3 Candlestick Pembunuh


Ada banyak jenis candlestick yang dapat membuat keuntungan untuk anda, tapi saya hanya menggunakan 3 candlestick untuk membuat keuntungan.

Pergerakkan Harga di Market, begitu penting dalam pembentukan candlestick. Hal ini karena, candlestick itu sendiri akan menunjukkan arah di mana harga akan bergerak.

Anda perlu memahami perilaku candlestick dan Anda dapat mengenali market.

Di sini saya berbagi tentang candlestick yang sangat mudah diingat dan dapat membuat keuntungan dalam Trading.

Single Candlestick





Double Candlestick



Triple Candlestick




OP – Open Posisi

Bisa digunakan untuk Pasangan : EUR/USD, GBP/USD, AUD/USD, NZD/USD.
Time Frame : H4

BUY

  • BUY Di 10pips atas dari candlestick yang tinggi.
  • SL - 10pips lebih rendah dari candlestick rendah
  • TP – 50pips untuk 80pips

SELL


  • SELL Di 10pips lebih rendah dari candlestick rendah
  • SL – 10pips lebih tinggi dari candlestick yang tinggi 
  • TP - 50pips untuk 80pips

Perhatian
!
Harap tunggu sampai candlestick selesai terbentuk, sebelum melakukan OP


Semoga berhasil
! Happy Trading

Sumber : http://www.pipsumo.com
 

Read more ...
Published, October 2015 By Catatan Forex